Kamis, 12 Mei 2011

Kepemimpinan Dalam Organisasi



Kepemimpinan Dalam Organisasi


BAB I PENDAHULUAN

Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kwalitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan paranan kritis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Kemudian timbul pertanyaan yang membuat seorang pemimpinan effektif? Apa Hampir semua orang, bila diajukan pertanyaan itu akan menjawab bahwa pemimpin yang effektif mempunyai sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan.
Kemampuan  den  ketrampilan  kepemimpinan  dalam  pengarahan  adalah faktor penting effektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, akan dicapai pengembangan efektifitas personalis dalam organisasi.



BAB II PEMBAHASAN

A.   Arti    Kepemimpinan    dan    Manajemen    Yang   Fungsi    Melaksanakan
Kepemimpinan

Dalam praktek sehari-hari, seoring diartikan sama antara pemimpin dan kepemimpinan,  padahal  macam  pengertian  tersebut  berbeda.  Pemimpin  kedua adalah orang yang tugasnya memimpin, sedang kepemimpinan adalah bakat dan atau sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Setiap orang mempunyai pengaruh atas pihak lain, dengan latihan dan peningkatan pengetahuan oleh pihak maka pengaruh tersebut akan bertambah dan berkembang. Kepemimpinan membutuhkan penggunaan kemampuan secara aktif untuk mempengaruhi pihak lain dan dalam wujudkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan  lebih  dahulu.  Dewasa  ini  kebanyakan  para  ahli  beranggapan  bahwa setiap orang dapat mengembangkan bakat kepemimpinannya dalam tingkat tertentu.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan dipimpin dari bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga


antara pemimpin dengan yang dipimpin menurut rules of the game yang telah disepakati bersama.
Seseorang    pemimpin    selalu    melayani    bawahannya    lebih    baik    dari bawahannya  tersebut                        melayani  dia.Pemimpin     memadukan                     kebutuhan    dari bawahannya dengan kebutuhan organisasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhannya.
Dari batasan kepemimpinan sebagaimana telah disebutkan di atas seorang dikatakan pemimpin apabila dia mernpunyai pengikut atau bawahan. Bawahan ini dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Dalam organisasi pemimpin dibagi dalam tiga tingkatan yang tergabung dalam kelompok anggota-anggota manajemen (manajement members). Ketiga tingkatan tersebut adalah :
a. Manager puncak (Top Manager)
b. Manajer menengah (Middle manager)
c. Manajer bawahan (Lower managor/suvervisor)
Seorang pemimpin mempunyai baik ketrampilan manajemen (managerial skill) maupun keterampilan tekhnis (technical skill). Semakin rendah kedudukan seorang  tekhnis  pemimpin  dalam organisasi  maka  keterampilan  lebih  menonjol dibandingkan dengan keterampilan manajemen. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat operasional.
Bertambah tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin menonjol keterampilan manajemen dan aktivitas yang dijalankan adalah aktivitas bersifat konsepsional.
Dengan perkataan lain semakin tinggi kedudukan seorang pamimpin dalam organisasi maka semakin dituntut dari padanya kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan makro.
Di samping itu perlu dikemukakan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia semakin genoralist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa lebih mudah mengukur produktivitas pemimpin yang lebih rendah.

B. Kepemimpinan Formal dan Kepemimpinan Informal
Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Hubungan formal melahirkan organisasi formal dan hubungan informal melahirkan organisasi informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang resmi yang ada pada diangkat dalam jabatan kepemimpinan.
Polo kepemimpinan tersebut terlihat pada berbagai ketentuan yang mengatur hirarki dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan jaminan akan diterima menjadi kepemimpinan yang "sebenarnya" oleh bawahan.
Penerimaan atas pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut sekaligus menjadi kepemimpinan nyata.


Kepemimpinan formal sering juga disebut dengan istilah headship. Kepemimpinan formal tidak didasarkan pada pengangkatan. Jenis kepemimpinan ini tidak terlihat pada struktur organisasi.
Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Kemampuan "memikat" hati orang lain.
2.   Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain.
3.   Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai.
4.   Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional.
5.   Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimili ki oleh orang lain.

Telah dikemukakan bahwa tidak ada pemimpin tanpa adanya pihak yang dipimpin. Pemimpin timbul sebagai hasil dari persetujuan anggota organisasi yang secara sukarela menjadi pengikut. Pemimpin sejati mencapai status mereka karena pengakuan sukarela dari pihak yang dipimpin.
Seorang  pemimpin  harus  mencapai  serta  mampertahankan  kepercayaan orang lain. Dengan sebuah surat keputusan, maka seseorang dapat diberikan kekuasaan besar tetapi hal tersebut tidak secara otomatis membuatnya menjadi seorang pemimpin dalam arti yang sebenarnya.
Di bawah ini akan dikemukakan perbedaan antara pemimpinan dengan non pemimpin.
Pemimpin:
1.   Memberikan inspirasi kepada bawahan
2.   Menyelesaikan pekerjaan dan mengembangkan bawahan
3.   Memberikan contoh kepada bawahan bagaimana melakukan pekerjaan
4.   Menerima kewajiban-kewajiban
5.   Memperbaiki segala kesalahan atau kekeliruan.

Non Pemimpinan :
1.   Memberikan dorongan kepada bawahan
2.   Menyelesaikan pekerjaan dan mongorbankan bawahan
3.   Menanamkan perasaan takut pada bawahan dan memberikan ancaman.
4.   Melimpahkan kewajiban kepada orang lain.
5.   Melimpahkan   kesalahan   kepada   orang   lain   dengan   apabila   terdapat kekeliruan atau penyimpangan-penyimpangan.

C. Teori Kepemimpinan dan Tipe-tipe Kepemimpinan
Beberapa teori telah dikemukakan para ahli majemen mengenai timbulnya seorang pemimpin. Teori yang satu berbeda dengan teori yang  lainnya.
Di antara berbagai teori mengenai lahirnya paling pemimpin ada tiga di antaranya yang paling menonjol yaitu sebagai berikut :


1. Teori Genetie
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan "leaders are born and not made". bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia  telah dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan  pada suatu waktu ia akn menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.

2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa "leaders are born and not made", make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu :
"Leaders are made and not born".
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.

3. Teori Ekologis
Teori  ini  merupakan  penyempurnaan  dari  kedua  teori  genetis  dan  teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu   lahirnya telah memiliki bakat- bakat  kepemimpinan,  bakat  mana  kemudian  dikembangkan  melalui  pendidikan yang                                       teratur dan                             pangalaman-pengalaman            yang       memungkinkannya                       untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori genetis dan teori sosial    dan      dapat              dikatakan        teori             yang    paling   baik        dari     teori-teori kepemimpinan.Namun  demikian  penyelidikan  yang  jauh  yang  lebih  mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Pada     umumnya     para     pemimpin     dalam     setiap     organisasi     dapat
diklasifikasikan menjadi lima type utama yaitu sebagai berikut :
1. Tipe pemimpin otokratis
2. Tipe pemimpin militoristis
3. Tipe pemimpin paternalistis
4. Tipe pemimpin karismatis
5. Tipe pomimpin demokratis

1.   Tipe pemimpin demokratis
Tipe pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu
hak.
Ciri-ciri pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
a.   Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi
b.   Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c.   Menganggap bahwa bawahan adalah sebagai alat semata-mata
d.   Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah  yang paling benar.
e.   Selalu bergantung pada kekuasaan formal
f.   Dalam menggerakkan bawahan sering mempergunakan pendekatan (Approach)
yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.


Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.

2. Tipe kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a.   Dalam menggerakkan bawahan untuk yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
b.   Dalam   menggerakkan   bawahan   sanga suka   menggunakan   pangkat   dan jabatannya.
c.   Sonang kepada formalitas yang berlebihan
d.   Menuntut disiplin yang tinggi dan kepatuhan mutlak dari bawahan e.   Tidak mau menerima kritik dari bawahan
f.    Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.

3. Tipe pemimpin fathernalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu yaitu bersifat fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan pengaruh yang sifat kebapaan      dalam  menggerakkan bawahan                   mencapai                         tujuan.       Kadang-kadang
pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil.
Sifat-sifat  umum  dari  tipe  pemimpin  paternalistis  dapat  dikemukakan  sebagai berikut:
a)  Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa. b)  Bersikap terlalu melindungi bawahan
c)  Jarang  memberikan  kesempatan  kepada  bawahannya  untuk  mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan wewenang.
d)  Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e)  Sering menganggap dirinya maha tau.
Harus diakui bahwa dalam keadaan tertentu pemimpin seperti ini sangat diporlukan.  Akan  tetapi  ditinjau  dari  segi  sifar-sifar  negatifnya                                                   pemimpin faternalistis kurang menunjukkan elemen kontinuitas terhadap organisasi yang dipimpinnya.

4. Tipe kepemimpinan karismatis
Sampai saat ini para ahli manajemen belum berhasil menamukan sebab- sebab mengapa seorang pemimin memiliki karisma. Yang diketahui ialah tipe pemimpin seperti ini mampunyai daya tarik yang amat besar, dan karenanya mempunyai pengikut yang sangat besar. Kebanyakan para pengikut menjelaskan


mengapa  mereka  menjadi  pengikut  pemimpin  seperti  ini,  pengetahuan  tentang faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatis, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers), perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis.

5. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Dari semua tipe kepemimpinan yang ada, tipe kepemimpinan demokratis dianggap adalah tipe kepemimpinan yang terbaik. Hal ini disebabkan karena tipe kepemimpinan  ini  selalu  mendahulukan  kepentingan  kelompok  dibandingkan dengan kepentingan individu.
Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:
1.   Dalam proses menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia di dunia.
2. Selalu berusaha menselaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi.
3.   Senang menerima saran, pendapat dan bahkan dari kritik bawahannya.
4.   Mentolerir  bawahan  yang  membuat  kesalahan  dan  berikan  pendidikan kepada bawahan agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreativitas, inisyatif dan prakarsa dari bawahan.
5.   Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan.
6.   Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
7.   Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
8.   Dan sebagainya.
Dari sifat-sifat yang harus dimiliki oleh pemimpin tipe demokratis, jelaslah bahwa tidak mudah untuk menjadi pemimpin demokratis.

 Syarat-syarat pemimpin yang baik
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa seorang yang tergolong sebagai pemirnpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya yang berhasil memang telah diberkahi dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karirnya mengembangkan bakat genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.
Pengambangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat- syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
a)  Pendidikan umum yang luas.
b)  Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga. c)  Kemampuan berkembang secara mental
d)  Ingin tahu
e)  Kemampuan analistis
f)   Memiliki daya ingat yang kuat g)  Mempunyai kapasitas integratif


h)  Keterampilan berkomunikasi i) Keterampilan mendidik
j)    Personalitas dan objektivitas k)  Pragmatismo
l)    Mempunyai naluri untuk prioritas m) Sederhana
n)  Berani
o)  Tegas dan sebagainya.

D. Peranan Staf Dalam Proses Manajemen
Telah dikemukakan bahwa dalam organisasi bentuk lini dan staf ada dua kelompok tenaga kerja. Kelompok pertama adalah mereka yang tugas utamanya bersifat  menterjemahkan  tugas  pokok  menjadi  aktivitas,  sedang  di  pihak  lain terdapat mereka yang tugasnya melakukan kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya roda organisasi dan mekanisme kerjasama yang harmonise baik secara kwantitatif  maupun  kualitatif  kedua  kelompok  ini  mempunyai  peranan  penting dalam  merealisasi  tujuan  organisasi.Secara  efektif  dan  efisien.  Sepintas  lalu kelihatan seolah-olah karyawan lini lebih penting karena tugas meraka yang utama melaksanakan aktivitas penting untuk moraalisasi tujuan. Malah dianggap kadang- kadang bahwa tanpa karyawan. Staf tujuan dapat juga direalisasi, pandangan ini terutama dalam organisasi modern kurang tepat, walaupun sifat aktivitas karyawan staf nya penunjang kegiatan yang dilakukan olah karyawan lini akan tetapi peranan mereka  dalam  menciptakan  efektivitas  dan  efisiensi  sangat  penting.  Dengan bantuan karyawan staf organisasi dapat mendayagunakan resources yang dimiliki perusahaan secara optimum karena mereka dapat melihat berbagai kemungkinan, pendidikan  dan  pengalaman  mereka  memungkinkan  memilih  kesempatan  yang
terbaik.
Pembahasan  tentang  pentingnya  peranan  staf  dalam  proses  manajemen berarti tidak saja menbahas pentingnya kegiatan-kegiatan penunjang terlaksana dengan efisien dan ekonomis, akan tetapi juga membahas pentingnya paranan karyawan staf dalam membantu manajemen members dalam mengambil keputusan.
Sering kurang disadari bahwa tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya adalah karena diputuskan demikian bukan karena secara kebetulan terjadi. Dengan pengambilan keputusan yang tepat maka segala pendadakan-pendadakan dapat dihindarkan atau dikurangi.
Keputusan-koputusan yang diambil oleh berbagai eselon pemimpin dalam organisasi tentu mempunyai bobot yang berbeda-beda pule. Semakin tinggi kedudukan  seseorang dalam  organisasi  maka  semakin  besar  keputusan  yang diambilnya meskipun sering bobot dari keputusan tersebut bersifat umum dan kwalitatif. Top manajemen dalam organisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk      mengambil          keputusan    yang   bersifat menyeluruh    dalam arti           bahwa keputusannya akan mempunyai implikasi yang luas terhadap seluruh organisasi. Lower manajemen biasanya membuat keputusan-keputusan yang terbatas kepada unit             organisasi       yang   dipimpinnya.    Dan    sifat   keputusannya  lebih          mudah diterjemahkan kepada bentuk yang bersifat kuantitatif.


Setiap keputusan yang diambil baik di tingkat top middle maupun lower manager seperti supervisor ada beberapa syarat yaitu sebagai berikut :
a)  Keputusan yang diambil harus mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan.
b)  Keputusan harus tepat dalam arti mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh organisasi.
c)  Keputusan harus carat karena keputusan yang dapat mengakibatkan tidak dimanfaatkannya                               lambat    kesempatan-kesempatan    yang    terbaik,    yang terbuka untuk organisasi.
d)  Keputusan   harus   praktis,   dalam   arti   dapat   dilakukan   sesuai   dangan kekuatan-kekuatan yang dimiliki organisasi.
e)  Keputusan yang diambil harus regional dalam pengertian dapat diterima oleh akal sehat dari para pelaksana.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa keputusan yang diambil belum tentu  menyenangkan  semua  orang  yang  ikut  serta  dalam  organisasi.  Dapat dikatakan bahwa keputusan yang menyenangkan samua pihak tentu mempercepat proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan bahwa keputusan yang  menyenangkan  samua  pihak  belum tentu  mempercepat  proses  pencapaian tujuan yang telah ditatapkan.
Tugas-tugas yang dapat diberikan kapada karyawan staf antara lain adalah sebagai berikut :
a)  Mengumpulkan data (fakta)
b)  Mengintorarasikan data (fakta)
c)  Mengusulkan alternatif tindakan
d)  Mendiskusikan rencana-rencana yang sedang dipikirkan dengan berbagai hak dan memperoleh kesepakatan mereka atau memperoleh alasan mengapa rencana tersebut ditolak.
e)  Mempersiapkan instruksi-instruksi tertulis dan dokumon-dokumen lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang merupakan realisasi daripada rencana yang telah ditetapkan.
f)   Mengamati    kegiatan-kegiatan    oporasional    dan   kondisi    kondisi   yang dihadapi   untuk   rnengadakan   apakah   struksi-instruksi   telah   dijalankan dengan baik dan apakah instruksi tersebut menghambat atau mempelancar proses pencapaian tujuan.
g)  Mengusahakan     pertukaran     informasi     antara     para     petugas-petugas oporasional mongenai pelaksanaan untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan koordinasi.
h)  Meberikan    infrmasi    da   nasehat   kepada    petugas-petugas    oporasional mengenai pelaksanaan tugas–tugas yang telah didelegasikan kepada mereka. Dari peranan staf sebagaimana telah dikemukakan dapat diketahui bahwa
staf adalah hal yang diinginkan apabila :
a)  Keterbatasan kemampuan pimpinan untuk melaksanakan tugas-tugas secara baik. Keterbatasan ini melingkupi ketarbatasan waktu, energi, pengetahuan, perhatian, pandangan dan sebagainya.
b) Tugas-tugas yang harus dijalankan belum dapat didelagasikan kepada bawahan karena :


 bawahan belum mempunyai kemampuan
 secara efektif dan efisien lebih tepat wewenang tersebut diberikan
kepada spesialist.
 dan sebagainya.
Walaupun  penggunaan  staf  dapat  membantu  terlaksananya  pencapaian tujuan secara efektif dan akan tetapi parlu diingat bahwa pemakaian efisien,tenaga staf mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut :
1)  Menambah biaya adrninistrasi
2)  Dapat   menimbulkan   kebingungan   bahagian   operasional   karena sering mereka menerima instruksi dua atasan yaitu lini dan atasan fungsionil.
c)  Menambah kompleks hubungan kerja dalam organisasi.
d) Staf biasanya terdiri dari tenaga spesialist.Karena itu pertimbangan dan nasehat-nasehat mereka dipandang dari pencapaian tujuan organisasi kurang terpadu.
e)  Keputusan yang harus diambil biasanya menjadi lambat. f)    Dan sebagainya.

E. Pelimpahan Wewenang (Delegation of Authority)
Wewenang   (authority)   merupakan   kunci   daripada   pekerjaan   seorang manajer. Arti sebenarnya dari seorang manajer dalam sebuah organisasi dan hubungannya dengan orang lain pada organisasi tersebut terlihat pada wewenang yang dimilikinya.
Yang mengikat bahagian-bahagian daripada suatu struktur organisasi adalah hubungan wewenang.
Wewenang adalah : Kekuasaan menggunakan sumbardaya untuk mencapai tujuan organisasi.
Wewenang bersumber pada dua pendapat (approach) yaitu sebagai berikut :
a.  Institutional approach
Di sini status daripada yang melaksanakan aktivitas manajemen didasarkan atas kekuasan yang berkaitan dengan hak milik. Kekuasaan tersebut kemudian didelegasikan/dilimpahkan kapada si manajer. Jadi wewenang dari si manajer berasal dari hak untuk menggunakan harta si pemilik kearah yang telah ditetapkan oleh si pemilik.

b.  Subordinate acceptance approach
Seorang manajer tidak mempunyai wewenang sebelum wewenang tersebut diberikan olah bawahan kepadanya. Pendekatan ini merupakan bagian daripada apa yang dalam manajemen dikatakan bottom up management. Bawahan memberikan wewenang kepada si manajer mempunyai kelebihan daripada bawahan umpamanya keahlian tehnik, human relation dan sebagainya.

Jangan dilupakan bahwa aktivitas tidak dapat di paksakan kepada bawahan dengan mengabaikan kapasitas mental dan phisik dari bawahan. Disamping itu juga wewenang harus disesuaikan dengan rencana-rencana organisasi dan paham sosial yang berlaku seperti kebiasaan, keyakinan dan sebagainya.


Pelimpahan wewenang mempunyai tiga unsur,yaitu:
a.   Wewenang (authority)
b.   Tanggung jawab (responsibility)
c.   Pertanggung jawaban (accountability)

Wewenang yang telah didelegasikan/dilimpahkan kepada bawahan berarti si bawahan telah mempunyai wewenang dan sekaligus tanggung jawab dan pertanggung jawaban terhadap hasil dari pendelegasian/pelimpahan daripada wewenang tersebut.
Perlu diingat bahwa walaupun si manajer telah melimpahkan wewenang akan tetapi wewenang tersebut tepat berada pada si manajer karena pertanggung ada pada simanajer. Bertambah ke bawah dari jawaban piramida organisasi maka wewenang bertambah kecil, dan sebaliknya bertambah ke atas dari dasar piramida organisasi                   pertanggung jawaban          bertambah                besar.          Yang   dapat didelegasikan/dilimpahkan adalah wewenang bukan tanggung jawab.
Jelaslah bahwa dalam sebuah organisasi selalu harus terdapat pendelegasian wewenang.  Hal  ini  terutama  disebabkan  karena  beberapa  pembatasan  dari  si manajer sendiri dalam melaksanakan aktivitas.
Pembatasan tersebut melingkupi :
a)  Span of time. Terbatasnya waktu seseorang manajer untuk mengerjakan dan mengawasi sebuah aktivitas.
b) Span of atention. Terbatasnya perhatian seorang manajer terhadap sebuah aktivitas.Otak         seorang                          manajer    tidak        akan    tetap   kapasitasnya               dalam memikirkan beberapa aktivitas dalam waktu tertentu.
c)  Span of personality and energy.Terbatasnya kepribadian dan tenaga seorang manajer untuk memimpin sejumlah bawahan dengan ofektif dan juga untuk mempengaruhi bawahan secara pribadi maupun kolektif.
d)  Span   of    knowledge.   Terbatasnya    seorang    manajer    untuk   memimpin pengetahuan bawahannya maupun pengetahuannya tentang sebuah aktivitas.
e) Span of management. Terbasnya kemampuan seseorang untuk memimpin sejumlah bawahan. Beberapa penulis mengemukakan sebenarnya jumlah bawahan yang dapat dipimpin aleh seorang manajer.

Agar pendelegasian wewenang dapat berjalan dengan lancar maka seorang manajer harus mempunyai sikap sebagai berikut :
a)  Personal     receiptiveness.     Simanajer     harus     bersedia    memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengemukakan gagasan dan pendapat-pendapatnya.
b)  Willingbess  to  let  go.  Manajer  harus  bersedia  dan  sepenuh  hati melepaskan ewenang kepada bawahannya.
c)  Wilingness to let other make mistake. Adalah kurang bijaksana apabila seorang   rnanajer   yang   telah   mendelegasikan   wewenangnya   terus menerus mengawasi bawahan yang telah menerima wewenang karena khawatir si bawahan membuat kesalahan. Jika hal tersebut dilakukan oleh si manajer maka pendelegasian wewenang tidak murni lagi.


d)  Wilingness to trust subordinate. Delegasi yang efektif cenderung bahwa si       manajer       telah          mempercayai                 bawahannya     dan    menganggap bawahannya telah matang dan mampu melaksanakan aktivitas yang dipercayakan kepadanya.
e)  Wilingness  to  establish  and  exercise  broad  control.  Manajer  harus bersedia melatih dan mengawasi bawahannya secara luas. Dengan demikian pemberian pendidikan dalam bentuk latihan dan sistem pengawasan dapat dipergunakan sebagai alat untuk melaksanakan pendelegasian wewenang yang efektif.

Walaupun pendelegasian wewenang merupakan hal yang amat perlu pada sebuah organisasi akan tetapi sering terjadi bawah seorang manajer tidak bersedia melaksanakannya. Hal ini disebabkan karena :

a. Rintangan psychologis :
a1. Sering si manajer menganggap bahwa ia adalah manusia super yang tidak dapat diganti .Tanpa dia organisasi akan macet.
a2. Kadang-kadang  manajer  berhasrat mendominasi  segala  aktivitas  perusahaan.
Jadi si manajer ingin berkuasa.
a3. Si manajer tidak bersedia menanggung resiko si bawahan menbuat kesalahan.
a4. Perasaan  takut  si  manajer  bahwa  dengan  mendelegasikan  wewenang,  akan ternyata bahwa bawahan lebih mampu dari dia.

b. Rintangan organisatoris :
b1. Sulit membuat batas tentang tanggung jawab.
b2. Si manajer kadang-kadang kurang mengetahui sampai dimana perlu delegasi wewenang dilaksanakan.

BAB III
K E S I M P U L A N

Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan apabila  dia  mempunyai  pengikut  atau  bawahan.Bawahan  pemimpin  ini  dapat disuruh untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu dalam mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Semakin tinggi kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya kemampuan berfikir secara konsopsional strategis dan makro. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia akan semakin generalist, sedang semakin rendah kedudukan seseorang dalam organisasi maka ia menjadi spesialist.
Teori    generis,    teori    sosial   dan    teori    okologis   adalah    teori    yang mengemukakan                        lahirnya/timbulnya          seorang    pemimpin,    sedangkan    tipe-tipe kepemimpinan dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu tipe otokratis, militeristis, paternalistis, karismatis dan tipe demokratis.


Tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil keputusan. Segala sesuatu   yang   terjadi   dalam   organisasi   sebaiknya   adalah   karena   diputuskan demikian, bukan karena secara kebetulan terjadi. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi maka semakin besar bobot dari keputusan yang diambilnya meskipun sering ke putusan tersebut bersifat umum dan kwalitatif.
Dalam sebuah organisasi harus selalu terdapat pendelegasian wewenang. Hal    ini          disebabkan            karena    keterbatasan-keterbatasan    dari    manajer    dalam melaksanakan tugasnya.



DAFTAR PUSTAKA

Siagian,  Sondang  P,  1979.  Peranan  staf  dalam  management.  Jakarta:  Gunung
Agung.

Stoner, James [and] A.F. Freeman, 1996. Manajemen. Jakarta: Prenhallindo.