11. Perkembangan
Politik di Dunia
Demokrasi Parlementer
(1950-1959)
Parlemen memainkan peranan
yang dominan
Akuntabilitas pemegang
jabatan dan politisi sangat tinggi
Partai baru hidup bebas dengan sistem multipartai Pemilu
1955 dilaksanakan sangat demokratis Hak-hak dasar masyarakat sangat
dikurangi Partai besar mempunyai surat kabar
Demokrasi Terpimpin (1959-1966)
Mengaburnya sistem
kepartaian
Terbentuknya DPR-GR,
peranan legislatif lemah
Penghormatan hak dasar
melemah, presiden menyingkirkan lawan-lawan politik
Kebebasan pers meredup,
beberapa media yang dibredel
Sentralisasi kekuasaan dominan dalam hubungan pusat daerah
Era Produsen Soeharto
Demokrasi Pancasila
(1966-1998)
Kekuasaan kepresidenan
pusat dari seluruh proses politik
Rotasi kekuasaaan politik
hampir tidak pernah terjadi
Rekruitmen politik
tertutup
Pemilu dilakukan lima
tahun sekali
Partai politik dibatasi
Hak-hak dasar manusia dibatasi.
22. Demokrasi
Setelah Reformasi
Era orde Baru
Era Pasca Soeharto
Demokrasi Era Transisi
(1998-sekarang)
Kepala negara dan kepala
daerah dipilih lagsung
Sistem presidensial dengan
multipartai
Kebebasan pers, kebebasan
berorganisasi, dan kebebasan berpendapat
Lembaga perwakilan terdiri
dari DPR dan DPD
Lembaga pengadilan diawasi
komisi yudisial
Munculnya komisi-komisi negara.
Setelah Soeharto menjadi Presiden,
salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi
anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan
melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota
PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia
diterima pertama kalinya.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong royong.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh
Kehidupan berdemokrasi di Indonesia setelah era reformasi di mana seluruh masyarakat mempunyai kebebasan mengeluarkan sikap dan pendapat, tetap harus mempertimbangkan dan menjunjung etika, sehingga tidak terjebak pada asal menyerang, terlebih bila dilandasi oleh kepentingan politik yang kuat.
Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasihat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang
Pemerintahan Habibie
Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pemerintahan Wahid
Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.
Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
Pemerintahan Megawati
Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong royong.
Pemerintahan Yudhoyono
Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.
Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh
Kehidupan berdemokrasi di Indonesia setelah era reformasi di mana seluruh masyarakat mempunyai kebebasan mengeluarkan sikap dan pendapat, tetap harus mempertimbangkan dan menjunjung etika, sehingga tidak terjebak pada asal menyerang, terlebih bila dilandasi oleh kepentingan politik yang kuat.
33. Strategi
Pembangunan Nasional
Strategi
Pembangunan Nasional
Hal-Hal
Pokok Dalam Strategi Pembangunan Nasional
Strategi
Pembangunan Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2004-2009 menetapkan 2
(dua) strategi pokok,yaitu:
1.
Strategi
penataan kembali Indonesia yang diarahkan untuk menyelamatkan system
ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan semangat,jiwa,nilai dan consensus
dasar yang melandasi berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
meliputi Pancasila; Undang-undang Dasar 1945(terutama pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945); tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tetap
berkembangnya pluralism dan keragaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
2.
Strategi
pembangunan Indonesia yang diarahkan untuk membangun Indonesia di segala bidang
yang merupakan perwujudan dari amanat yang tertera jelas dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 terutama dalam pemenuhan dasar rakyat dan penciptaan
landasan pembangunan yang kokoh.
Sedangkan Strategi
Pembagunan daerah Propinsi Jawa Barat yang tertuang dalam dokumen
pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Barat tahun 2003-2007, menetapkan
15 strategi pokok sebagai berikut:
1.
Meningkatkan
kualitas demokrasi untuk mempercepat proses reformasi di segala bidang.
2.
Meningkatkan
efektifitas birokrasi melalui peningkatan kualitas aparatur dan kualitas
pelayanan.
3.
Memelihara
ketertiban umum,ketentraman dan stabilitas keamanan.
4.
Meningkatkan
penegakan hukum dalam segala bidang.
5.
Mempertahankan
nilai-nilai agama dan budaya luhur masyarakat Jawa Barat (religious,
silih asih, silih asah dan silih asuh) untuk mengantisipasi
masuknya budaya dari luar yang dapat mempengaruhi budaya daerah.
6.
Meningkatkan
akses masyarakat terhadap pendidikan ,kesehatan dan lapangan pekerjaan.
7.
Meningkatkan
kapasitas kemampuan sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi.
8.
Mengembangkan
kegiatan utama ekonomi (agribisnis, pariwisata, SDM kelautan,
industri manufaktur dan jasa) yang berbasis sumber daya
local dengan system ekonomi kerakyatan.
9.
Memperkuat
keterkaitan usaha untuk memantapkan struktur ekonomi.
10.
Mengurangi
ketimpangan sumber daya ekonomi (SDM, teknologi, dana, pasar, dan
prasarana) antar wilayah.
11.
Mengembangkan
pusat-pusat pertumbuhan untuk keseimbangan perkembangan antar wilayah.
12.
Meningkatkan
dan mengembangkan infrastruktur wilayah yang mendukung terwujudnya struktur
ruang yang mantap.
13.
Mewujudkan
komposisi kawasan lindung 45 persen dan kawasan budidaya 55 persen pada tahun
2010 sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa
Barat.
14.
Meningkatkan
kualitas daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup melalui optimalisasi
pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
15.
Mengendalikan
pencemaran air, tanah dan udara di kawasan perkotaan dan perdesaan.