BULAN KE EMPAT
1. Manusia dan Kegelisahan
A. Pengertian
Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tentram
hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, ataupun cemas.
Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang yang hatinya
tidak tentram, merasa khawatir, tidak tenang dalam bertingkah laku, atau sedang
dalam rasa cemas.
Kegelisahan hanya bisa diketahui melalui tingkah laku atau gerak-gerik
seseorang dalam situasi tertentu. Tingkah laku atau gerak-gerik orang yang
sedang gelisah umunya lain dari biasanya. Contohnya ada yang menggerakkan
kakinya terus menerus, berjalan mondar mandir, murung dan lain-lain.
Kegelisahan juga bisa dikatakan sebagai ekspresi dari kecemasan. Karena
itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan diartikan sebagai kecemasan,
kekhawatiran dan ketakutan. Masalah kecemasan berkaitan juga dengan masalah
frustasi yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang yang mengalami
frustasi disebabkan karena keinginannya tidak tercapai.
Sigmund Freud mengatakan bahwa ada tiga macam
kecemasan yang menimpa manusia, yaitu :
a.
Kecemasan obyektif
Kecemasan yang disebabkan akibat
dari suatu pengamatan atau suatu bahaya dari dunia luar.
b.
Kecemasan neoritis (syaraf)
Kecemasan ini timbul karena
pengamatan tentang bahaya dari naluriah.
c.
Kecemasan Moril
Kecemasan moril disebabkan karena
pribadi seseorang. Setiap pribadi mmiliki bermacam-macam emosi, ada iri,
dengki, dendam, marah, gelisah dan sebagainya. Emosi-emosi tersebut menyebabkan
manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, danputus asa.
B. Sebab-Sebab
Orang Gelisah
Apabila dikaji, sebab-sebab orang
gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal
itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
C. Usaha-Usaha
Mengatasi Kegelisahan
Untuk mengatasi kegelisahan
pertama-tama harus dimulai dari diri sendiri, yaitu dengan tetap bersikap
tenang supaya bisa berpikir dengan tenang. Sehingga segala kesulitan dapat
teratasi.
D. Keterasingan
Keterasingan berasal dari kata terasing yang berdasarkan
dari kata asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang. Sehingga kata
terasing berarti tersisihkan dari pergaulan, terpisah dari yang lain atau
terpencil. Jadi kata keterasingan adalah hal-hal yang berkenaan dengan
tersisihnya seseorang dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.
Terasing atau keterasingan merupakan bagian dari hidup manusia. Sebentar
atau lama, orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan. Kadar atau tingkat
keterasingan seseorang dengan orang lainnya sudah pasti berbeda-beda.
Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan ialah perilakunya yang
tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat atau karena
kekurangan yang ada pada diri seseorang sehingga ia tidak dapat menyesuaikan
diri dengan orang lainnya.
Orang yang bersikap angkuh dan sombong akan selalu tersisih dari
pergaulan karena perilaku semacam itu tidak disenangi dan justru dibenci oleh
masyarakat. Karena itulah orang yang memiliki sifat seperti itu akan dibenci
oleh orang lain dan membuatnya tersisih dalam pergaulan.
Kekurangan yang ada pada diri seseorang jga dapat membat keterasingan.
Dalam hal ini bukan masyarakat yang membuat orang itu terasing, melainkan
dirinya sendiri karena ketidakmampuan atau karena kesalahan yang ia perbuat.
E. Kesepian
Kesepian berasal dari kata sepi yang
berarti sunyi atau lenggang, sehingga kata kesepian dapat diartikan merasa
sunyi atau lenggang, tidak berteman. Setiap orang pernah mengalami kesepian.
Sebab-sebab terjadinya kesepian bermacam-macam. Frustasi dapat
menyebabkan kesepian. Dalam hal ini orang yang bersangkutan tidak mau diganggu,
ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan lebih senang hidup
sendiri
Kesepian merupakan akibat dari keterasingan. Keterasingan akibat sikap
sombong, angkuh, kaku, keras kepala itu membuatnya dijauhi teman-teman
sepergaulannya. Karena teman-temannya menjauhi dirinya maka ia hidup terasing,
terpencil jauh dari keramaian sehingga kesepian.
F. Ketidakpastian
Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti yang artinya tidak tentu,
tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang
jelas. Ketidakpastian artinya keadaan yang tidak pasti, tidak tentu, tidak
dapat ditentukan, tidak tahu, keadaan tanpa arah yang jelas, keadaan tanpa
asal-usul yang jelas. Itu semua adalah akibat pikirannya tidak dapat
konsentrasi. Ketidak konsentrasian disebabkan oleh berbagai sebab yang membuat
pikirannya kacau.
Ketidakpastian tentang lulus tidaknya dalam ujian sarjana yang sudah
ditunggu-tunggu pasti membuat orang yang menghadapinya menjadi gelisah. Lulus
atau tidaknya ujian sarjana akan menentukan status karir seseorang dalam hidupnya.
Ketidak pastian ini akan merugikan karena status dari karir itu terancam.
Karena ketidakpastian itu status yang telah ditetapkan oleh atasan menjadi
hilang, berhubung ada orang lain yang lebih dulu mendapatkannya.
G. Sebab-Sebab
Terjadi Ketidakpastian
Orang yang pikirannya terganggu
tidak dapat berpikir secara teratur, terlebih bila harus mengambil sebuah
kesimpulan. Dalam berpikir manusia selalu menerima rangsangan-rangsangan lain,
sehingga jalan pikirannya akan kacau bila menerima rangsangan-rangsangan baru
lainnya. Adapun beberapa hal yang membuat seseorang tidak dapat berpikir dengan
pasti, diantaranya :
1.
Obsesi
Obsesi merupakan gejala neurosa
jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus, bisa hal
yang tidak menyenangkan atau sebab-sebab lainnya yang tidak diketahui oleh
penderita.
2.
Phobia
Ialah rasa ketakutan yang tak
terkendali, tidak normal pada sesuatu yang tidak diketahui sebab-sebabnya.
3.
Kompulasi
Ialah adanya keragu-raguan tentang
apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari melakukan
perbuatan yang serupa berkali-kali.
4.
Histeria
Histeria ialah neorosa jiwa yang
disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan,
kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, sugesti dari sikap orang lain.
5.
Delusi
Menunjukkan pikiran yang tidak beres
karena berdasarkan suatu keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak
ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.
6.
Halusinasi
Halusinasi merupakan khayalan yang
terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Dengan sugesti diri, orang juga dapat
berhalusinasi.
7.
Keadaan Emosi
Dalam keadaan tertentu seseorang
sangat berpengaruh oleh emosinya. Hal ini nampak pada keseluruhan pribadinya.
H. Usaha-Usaha
Penyembuhan Ketidakpastian
Orang yang tidak dapat berpikir dengan baik, ada bermacam-macam
penyebabnya. Untuk dapat menyembuhkan keadaan tersebut tergantung pada mental
si penderita.
Bila penyebabnya jelas misalnya rindu pada seseorang maka obatnya dengan
dipertemukan. Phobia atau rasa takut bisa dilatih sedikit demi sedikit.
Orang yang bersikap sombong atau angkuh bila mengalami musibah, baru
berkurang kesombongannya, tapi mungkin juga tidak. Andaikata mereka sadar,
kesembuhan itu adalah karena pengalaman. Jadi yang menyembuhkannya adalah
masyarakat sekitar dan dirinya sendiri.
2. Manusia dan Harapan
A.
Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap yang
berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan
sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu
menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan.
Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang
akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan – pesan
kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing.
Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan
untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang
akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk
merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan
berkehandak.
Harapan harus berdasarkan
kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan
sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat
terwujud.
B.
Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah
mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi
hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat. Tidak ada
satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah – tengah yang
lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik / jasmani maupun
mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi
dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Dorongan kodrat, ialah sifat,
keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak
manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir,
berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai
kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kebutuhan hidup, sudah
kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan
hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan
kebutuhan rohani.
Menurut Abraham Maslow sesuai dengan
kodratnya harapan manusia atau kebutuhan manuis itu ialah :
a)
Kelangsungan hidup (survival)
b)
Keamanan (safety)
c) Hak
dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
d)
Diakui linkungan (status)
e)
Perwujudan cita – cita (self actualization)
C.
PENGERTIAN DOA
Menurut bahasa do'a berasal dari
kata "da'a" artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah syara' do'a
berarti "Memohon sesuatu yang bermanfaat dan memohon terbebas atau
tercegah dari sesuatu yang memudharatkan.1
Adapun lafadz do'a yang ada dalam al
Qur'an bisa bermakna sebagai berikut:
1. Ibadah, seperti firman Allah: Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi
madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat demikian make, kamu
termasuk orang-orang yang zhalim. (Yunus: 106).
2. Perkataan atau Keluhan. Seperti
pada firman Allah: Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga kami jadikan
mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi. (al
Anbiya: 15).
3. Panggilan atau seruan. Allah
berfirman: Maka kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu
dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli dapat mendengar seruan,
apabila mereka itu berpaling ke belakang. (ar- Rum: 52)
4. Meminta pertolongan. Allah
berfirman: Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang at Qur'an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat yang semisal at Qur'an
itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar. (al Baqarah: 23).
5. Permohonan. Seperti firman Allah:
Dan orang-orang yang berada dalam neraka berkata kepada penjagapenjaga
jahannam: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Dia meringankan azab dari
kami barang sehari." (al Mukmin: 49).
Macam-Macam Do’a
Syeikh Abdurrahman bin Sa'diy
berkata: "Setiap perintah di dalam al Qur'an dan larangan berdo'a kepada
selain Allah, meliputi do'a masalah (permintaan) dan do'a ibadah." 2
Adapun perbedaan antara kedua macam
do'a tersebut adalah:
Do'a masalah (permintaan) adalah:
Meminta untuk diberikan manfaat dan dicegah dari kemudharatan, atau sesuatu
yang sifatnya permintaan. Dan ini dibagi menjadi tiga:
a) Permintaan yang ditujukan kepada
Allah semata dan ini (termasuk tauhid dan berpahala. -red. vbaitullah)
b) Permintaan yang ditujukan kepada
selain Allah, padahal dia tidak mampu memenuhi dan memberikan permintaannya.
Seperti meminta kepada kuburan, pohon-pohon besar atau tempat-tempat keramat.
Dan ini termasuk syirik dan dosa besar.
c) Permintaan yang ditujukan kepada
selain Allah pada hal-hal yang bisa dipenuhi dan bisa dilakukan, seperti
meminta prang lain, yang masih hidup untuk memindahkan atau membawakan
barangnya dan ini hukumnya boleh.
Do'a Ibadah maksudnya Semua bentuk
ibadah atau ketaatan yang diberikan kepada Allah balk lahiriah maupun batiniah,
karena pada hakikatnya semua bentuk ibadah misalnya shalat, puasa, Haji dan
sebagainya, tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan ridha Allah dan dijauhkan
dari azab-Nya.
D.
Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata
percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal
– hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada
beberapa kalimat yang dapat kita perhatikan :
Ia tidak percaya pada diri sendiri.
Saya tidak percaya ia berbuat
seperti itu, berita itu kurang dapat dipercaya.
Bagaimana juga kita harus percaya
kepada pemerintah.
Kita harus percaya akan nasehat –
nasehat yang berasal dari Al-qur’an.
Dengan contoh berbagai kalimat
diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa dasar kepercayaan itu adalah
kebenaran.
E.
Berbagai Kepercayaan Dan Usaha Meningkatkannya
Dasar kepercayaan adalah kebenaran.
Kepercayaan itu dapat dibedakan atas :
• Kepercayaan pada diri sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu
ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya
percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya
tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau
dipercayakan kepadanya.
• Kepercayaan kepada orang lain
Percaya kepada orang lain itu dapat
berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan
kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya, perbuatan yang
sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi
orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang berjanji sesuatu hams
dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain, apalagi membuat janji
kepada orang lain.
• Kepercayaan kepada pemerintah
Berdasarkan pandangan teokratis
menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu
berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau
setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah
ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu
raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh
Tuhan pula (kerajaan)
Pandangan demokratis mengatakan
bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat
adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah
negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti. Orang. mempunyai arti
hanya dalam masyarakat, negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang
ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara
totaliter. satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan tidak
mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator)
Jelaslah bagi kita, baik teori atau
pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau pemerintah itu benar, karena
Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah kalau manusia sebagai warga
negara percaya kepada negara/pemerintah.
• Kepercayaan kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha
kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya,
tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan
kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat
menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong
umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab
tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu
jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus
percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan
atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta
seisinya merupakan
konsekuensinya tiap-tiap umat
beragama dalam melakukan pemujaan kepada zat tersebut.
Usaha-usaha Meningkatkan Percaya
pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
• Meningkatkan ketaqwaan kita dengan
jalan meningkatkan ibadah.
• Meningkatkan pengabdian kita
kepada masyarakat.
• Meningkatkan kecintaan kita kepada
sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan
sebagainya.
• mengurangi nafsu mengumpulkan
harta yang berlebihan.
• menekan perasaan negatif seperti
iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.